Osama

Adalah tuhan dan agama, yang kerap menimbulkan huru hara di muka bumi ketimbang menciptakan kedamaian. Konflik-tuhan-agama seolah merupakan suatu niscaya dan ketiganya adalah tiga serangkai yang mencerahkan dan menyesatkan dalam arti sebenarnya. Karena tuhan dan agama, manusia bisa membatasi dengan siapa dirinya boleh bergaul, dan melakukan pembenaran ketika menyingkirkan orang lain yang tak sepaham, atau medoakan yang jelek-jelek untuk mereka yang menentang. Padahal doa tak ada yang jelek, karena bila ia jelek, maka ia kutukan, bukan doa. Dan bila fasih mengutuk, kenapa beragama?

Konflik agama bukan barang baru di planet ini, dari persoalan Palestina yang mendunia dan sarat isu politik hingga konflik di negeri sendiri, sebutlah Maluku. Di kalangan umat kristen Maluku beredar isu tentang islamisasi birokrasi Maluku dan dominasi ekonomi oleh para pendatang, antara lain dari Buton dan Makasar yang notabene muslim. Sementara itu di kalangan muslimnya santer dikabarkan tentang kristenisasi masyarakat Maluku, juga isu RMS yang meresahkan keamanan dan kedamaian di sana.

Acap kali saya melihat perdebatan mengenai tuhan dan agama, tak jarang pula saya terlibat di dalamnya dan dari semua itu, ada satu pola yang nampak, bahwa akal sehat sering dikesampingkan untuk mendukung argumen the believers. Ayat kitab suci, cukuplah itu. Satu keterikatan terhadap satu kepercayaan yang entah bagaimana caranya akan dibela sampai titik darah penghabisan bila perlu. Alasannya satu: KARENA INI AGAMAKU.

Begitulah, agama berpotensi menimbulkan konflik karena dogma dan ajarannya yang harus diterima tanpa mempertanyakan, jalani aja supaya jadi ahli surga, katanya. Sedihnya, dari setiap agama besar dan kecil yang masing-masing memiliki beberapa golongan yang seringkali berseberangan pemahaman antara satu dan lainnya, masing-masing meyakini pemahamannya yang paling benar. Kitabnya yang paling suci. Sudah ada kata “paling” di situ, yang artinya menegasikan yang lain, yang tidak paling. Arti lainnya adalah, menutup dialog. Selesai.

Mari kita tengok Osama bin Laden yang kematiannya masih meninggalkan perdebatan di sana sini, topiknya tak sebatas “Benarkah ia sudah mati?” tapi juga perdebatan pro-kontra terhadap apa yang sudah dilakukan Osama selama hidupnya. Bagi satu kubu, Osama tak lebih dari manusia rendah, untuk kubu lainnya Osama bagai pahlawan yang dielu-elukan jasanya bagi dunia jihad.

Osama bin Laden, bukanlah tuhan. Osama bukan agama. Namun pembelanya rela mati demi tuhan dan agamanya Osama. Pihak tertentu akan langsung mengaitkannya dengan islam, namun orang islam sendiri banyak yang menolak Osama digolongkan sebagai muslim dengan alasan islam itu damai, bukan teror.